Tantangan berat bagi Perguruan tinggi bidang pertanian saat ini adalah semakin kurang diminatinya bidang pertanian (pertanian secara umum) oleh kalangan generasi muda. Pada tahun 2007, dari 470 program studi yang daya tampungnya tak tepenuhi, sebanyak 213 bidang studi (45,32 persen) merupakan program studi yang terkait dengan bidang pertanian. Pada seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) tahun 2008 yang lalu, terdapat 2.894 kursi kosong pada program studi pertanian dan peternakan di 47 perguruan tinggi negeri.
Fakta menurunnya minat lulusan SMA memilih bidang pertanian ini tentunya akan berpengaruh pada masa depan bangsa, sehingga harus segera dicarikan solusinya. Menurut hemat saya ada beberapa penyebabnya, antara lain :
Melihat cukup kompleksnya permasalahan tersebut, maka untuk membenahinya dibutuhkan perhatian, kepedulian, tekad yang kuat dan partisipasi semua pihak, yaitu lembaga pendidikan (dari TK, SD, SMP, SMA/K, dan perguruan tinggi), Pemerintah (Pusat dan Daerah), dan Masyarakat (termasuk pelaku bisnis / tengkulak dan sejenisnya). Image menjadi petani modern yang sukses, dibanggakan, dan merupakan pekerjaan mulia haruslah dibangun sejak dini melalui pendidikan. Demikian juga rasa nasionalisme bangga terhadap potensi lokal bangsa sendiri harus dibangkitkan. Di era otonomi daerah saat ini, apabila pemerintah pusat yang mestinya paling bertanggungjawab terhadap kebutuhan saprodi petani ternyata tidak peduli, maka sudah seharusnya pemerintah daerah memback-up mengambil kendali untuk membantu petani. Demikian juga para pelaku bisnis, mestinya juga ikut bertanggungjawab membantu permasalahan petani, bukannya memeras keringat petani dengan membeli hasil panen mereka semena-mena.