Minggu, 18 Oktober 2009

pertanian dalam sudut pandang generasi muda


Tantangan berat bagi Perguruan tinggi bidang pertanian saat ini adalah semakin kurang diminatinya bidang pertanian (pertanian secara umum) oleh kalangan generasi muda. Pada tahun 2007, dari 470 program studi yang daya tampungnya tak tepenuhi, sebanyak 213 bidang studi (45,32 persen) merupakan program studi yang terkait dengan bidang pertanian. Pada seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) tahun 2008 yang lalu, terdapat 2.894 kursi kosong pada program studi pertanian dan peternakan di 47 perguruan tinggi negeri.

Fakta menurunnya minat lulusan SMA memilih bidang pertanian ini tentunya akan berpengaruh pada masa depan bangsa, sehingga harus segera dicarikan solusinya. Menurut hemat saya ada beberapa penyebabnya, antara lain :

  1. Penguasaan ilmu mahasiswa S-1 pertanian dirasakan terlalu spesifik, bersifat monodisiplin, dan lebih berorientasi pada aspek pendalaman ilmu (teoritis saja),
  2. Banyak kebijakan pemerintah yang tidak pro-petani (petani tidak difasilitasi kebutuhan sarana produksinya, harga jual hasil pertanian dipermainkan tengkulak), sehingga tingkat kesejahteraan petani sangat rendah , berusaha di bidang pertanian dinilai tidak menjanjikan dan tidak menarik lagi bagi generasi muda ,
  3. Rasa nasionalisme atau kebanggaan terhadap potensi lokal sangat rendah, terbukti banyak masyarakat yang lebih bangga mengonsumsi hasil pertanian import dari mancanegara daripada produksi dalam negeri, padahal potensi SDA lokal kita sesungguhnya tidak kalah hebatnya , dan
  4. Masih sangat rendahnya budaya menciptakan lapangan kerja sendiri (wirausaha mandiri) dan orientasi generasi muda untuk mencari pekerjaan setelah lulus masih sangat tinggi, karena keberhasilan menjadi pegawai (PNS) masih dianggap sebagai ukuran kesuksesan di masyarakat dibandingkan sebagai wirausahawan.

Melihat cukup kompleksnya permasalahan tersebut, maka untuk membenahinya dibutuhkan perhatian, kepedulian, tekad yang kuat dan partisipasi semua pihak, yaitu lembaga pendidikan (dari TK, SD, SMP, SMA/K, dan perguruan tinggi), Pemerintah (Pusat dan Daerah), dan Masyarakat (termasuk pelaku bisnis / tengkulak dan sejenisnya). Image menjadi petani modern yang sukses, dibanggakan, dan merupakan pekerjaan mulia haruslah dibangun sejak dini melalui pendidikan. Demikian juga rasa nasionalisme bangga terhadap potensi lokal bangsa sendiri harus dibangkitkan. Di era otonomi daerah saat ini, apabila pemerintah pusat yang mestinya paling bertanggungjawab terhadap kebutuhan saprodi petani ternyata tidak peduli, maka sudah seharusnya pemerintah daerah memback-up mengambil kendali untuk membantu petani. Demikian juga para pelaku bisnis, mestinya juga ikut bertanggungjawab membantu permasalahan petani, bukannya memeras keringat petani dengan membeli hasil panen mereka semena-mena.

0 komentar:

Posting Komentar